Selasa, 29 Januari 2008

Seminar dan Dialog Terbatas "INDONESIA 2008-2009"

Undangan,

Kepada Rekan-rekan Mahasiswa:

Acara : Seminar dan Dialog Terbatas
Tema : Indonesia 2008-2009
"Sebuah Proyeksi Politik, Hukum, Ekonomi dan Pendidikan"
Tempat : Perpustakaan Nasional, Salemba. Jakarta Pusat (samping DeSos)
Wakru : Pukul 09.00 - 13.00 WIB

Pembicara :
1. Politik : Anies Baswedan Ph. D
2. Ekonomi : Dr. Rizal Ramli
3. Hukum : H. Fauzi Yusuf Hasibuan, SH. MH
4. Pendidikan : Fasli Jalal

Keynote Speker : Dr. Akbar Tanjung
Moderator : Wanda Hamidah

Pelaksana Acara : BEM Paramadina, BEM Jayabaya, BEM UHAMKA, BEM Perbanas

Contact Person :
- Irham (021 914 66 882) Jayabaya
- Ipoenx (021 999 131 25) UHAMKA
- Arif (021 9903 4554) Perbanas
- Syafiq (081 386 2200 60) Paramadina

Selasa, 06 November 2007

KEMBALI PADA TRI DHARMA

KEMBALI PADA TRI DHARMA
“Gerakan Pemurnian Mahasiswa Sebagai Agent Of Change”

Sebuah Pengantar

Pasca Kekuasaan Orde lama runtuh, muncullah Babak baru dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia yang disebut dengan Orde Baru. Memang, pada saat itu kekuatan masih dipegang oleh kaum muda. Dengan naiknya Suharto pada umurnya yang ke-46 tahun sebagai presiden kedua maka tumbanglah rezim orde lama yang kemudian digantikan dengan Orde Baru, meskipun pada waktu kenaikan Suharto terdapat intrik politik yang sampai sekarang belum terkuak.

Pasca kenaikan Suharto sebagi Presiden kedua, Indonesia selama beberapa tahun mengalami beberapa kemajuan terutama dalam sector pembangunan, demikian pula dalam sector ekonomi, akan tetapi setelah kekuasaan tersebut membuai, dan melenakan jiwa seorang Suharto, maka sisi gelap seorang Suharto muncul, ia mulai menyusun strategi bagaimana melanggengkan kekuasaan tersebut, sebagaimana Sukarno dengan demokrasi terpimpinnya, dan kemudian mendeklarasikan diri sebagai presiden seumur hidup.

32 tahun Suharto memimpin Indonesia, dan selama itu pula pergerakan mahasiswa di Bumi Nusantara mati, pergerakan Mahasiswa di kebiri, diteror, dan dimati surikan, meskipun masih ada sebagian aktivis muda yang masih saja berani untuk menentang, tapi itu tidak berlangsung lama, seperti yang kita tahu pada akhirnya mereka menghilang (hilang, menghilang atau dihilangkan), atau mati pada usia muda yang sangat misterius.

Rezim Orde Baru semakin berkuasa dan merajalela, rezim inilah yang membuat bangsa Indonesia bangkrut, dan terbelkang dalam bebrbagai bidang, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain sebgainya. Barulah pada tahun 1998 mahasiswa kembali menunjukan taringnya, hal tersebut dibuktikan dengan tumbangnya rezim Orde Baru yang digantikan dengan era reformasi yang dipelopori oleh Amien Rais dalam pergerakan politik dan Nurcholish Madjid (Cak Nur) dalam pergerakan intelektual.

Setelah Era Reformasi berhasil menumbangkan Rezim Orde Baru, Ternyata tidak memberikan dampak yang cukup berarti bagi Kesejahteraan Bangsa, yang terjadi hanya krisis pada setiap lini kehidupan. Realitas Kehidupan masyarakat semakin memburuk, hal tersebut tidak ada bedanya dengan kondisi Orde Baru pada saat berkuasa, bahkan sempat tercetus ungkapan “lebih baik jamannya pak Harto, Mendapatkan Sembako tidak sulit”. Dari ungkapan tersebut dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa Rezim boleh saja bergati nama dengan Reformasi, tapi kekuasaan masih saja dikuasi orang-orang lama. Inilah Era Baru, Orde Baru paling Paling baru.

Pasca tragedi 1998 yang memakan banyak nyawa dari Mahasiswa, pergerakan mahasiswa kembali mengalami kemandulan. Krisis pergerakan terjadi dimana-mana, tidak ada pergerakan dan perubahan konkrit yang dihasilakan oleh mahasiswa, selain kepentingan individu dan golongannya sendiri. Pergerakan mahasiswa kembali dinodai oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, yang menyebabkan nama mahasiswa tercemar, dan tercoreng dimata masyarakat. Pergerakan mahasiswa dikuasi oleh kepentingan-kepentingan pragmatis individual, pergerakan mahasiswa tidak lagi murni sebagaimana namanya, ideologi telah tercemar oleh kepentingan sesaat. Yang dipikirkan hanya kekuasaan dan karir politik belaka, mereka tidak lagi memikirkan kepentingan public dan kesejahteraan masyarakat, mereka tidak berani menunda kesenangan sesaat, demi kesenangan hakiki yang lebih besar.

Mereka yang menamakan dirinya mahasiswa itu telah mandul dengan ide kreatif, konstruktif mereka kering dengan jiwa kepemimpinan, mereka hanya pintar menjilat untuk memuaskan nafsu mereka sendiri. Mereka berani menjual nama mahasiswa hanya demi jumlah nominal yang secuil kemudian mengkotak-kotakan pergerakan mahasiswa itu sendiri (antara Negeri dengan Swasta), mereka pikir dengan demikian mereka akan lebih mudah untuk mencapai kekuasan, tapi sebenarnya mereka telah dibodohi, mereka telah ditanduk seperti halnya kerbau bodoh.

Reformasi tidak lagi menjadi semangat yang membakar jiwa-jiwa revolusioner, kini, reformasi hanya menjadi jargon untuk mendapatkan kursi, kekuasan dan jabatan, reformasi telah beralih fungsi menjadi ideologi pragmatis (pragmatic ideology) dari sebuah kepentingan. Ini bukan kesalahan siapa-siapa, tapi ini adalah kesalahan mereka yang tidak mempunyai karakter, nasionalisme mereka tumpul dan wawasan kebangsaan mereka dangkal, mereka tidak siap untuk memimpin bangsa ini karena mereka tidak mempunyai formula untuk menyelesaikan segala bentuk permasalahan bangsa, oleh karena itu mereka mudah untuk diombang-ambing dan dikelabui dengan sogokan nominal yang secuil. Maka benarlah, mereka bukan seorang pemimpin, penjilat tetaplah penjilat dan selamanya akan menjadi penjilat, merekalah yang membuat Negara ini bangkrut dan hancur, Alam-pun tahu itu.

Sebagi mahasiswa dan generasi muda, Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang ?
Yang harus kita lakukan sekarang adalah, melakukan gerakan pemurnian Mahasiswa. Dan mengembalikan mahasiswa kepada fungsinya, yaitu sebagai agen of change, tentu saja dengan landasan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni, dharma pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (sebagai gerakan intelektual, Kontrol Sosial Politik dan Pengabdian Masyarakat). Tentunya dengan pertimbangan yang Logis, Etis dan Estetis. Kita harus mempunyai basis idiologis yang jelas dengan kajian yang ketat, Itulah yang harus kita lakukan sekarang. Tanpa landasan tersebut kita tidak akan menjadi sesuatu, dan tanpa landasan tersebut pergerakan kita tidak ajan jadi apa, ia akan jadi pragmatis, parsial dan simplistic, kita hanya akan menjadi zombie yakni tubuh yang bergerah tanpa memiliki roh,

Hanya satu kata, Bergerak, bergerak dan bergerak. Itulah yang harus kita lakukan sekarang. Sekarang, sekarang dan sekarang. Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama dengan generasi sebelum kita.


Syafiq Jawad : Mahasiswa Universitas Paramadina

Senin, 05 November 2007

Pernyataan Sikap

PERNYATAAN SIKAP MAHASISWA
Tentang Pertemuan Nasional Pemuda Indonesia
28 – 30 Oktober 2007
Di Hotel Sahid Jaya Jakarta

Dalam rangka mempetingati Sumpah Pemuda, Mahasiswa Melalui Badan Eksekutif Mahasiswa Menghadiri Pertemuan nasional pemuda yang mengusung tema “the New Deal” Dalam Rangka Membangun Kesepahaman Baru Pemuda Indonesia, Ternyata Mengarah pada satu orientasi Politik yang tidak relevan denga tema yang semestinya menyatukan kaum muda, malah kegiatan tersebut mengkotak-kotakan pemuda dan mahasiswa. Dalam tersebut banyak terjadi hal-hal yang menyimpang dari tujuan semestinya.

Fakta-fakta yang ditemukan dilapangan :

  1. Klaim terhadap beberapa institusi kemahasiswaan.
  2. Ketidak jelasan peserta yang hadir
  3. Adanya arahan politis kepada salah satu tokoh politik untuk kepentingan Pemilihan Presiden 2009
  4. Tidak ada penjelasan dari pihak panitia mengenai agenda penutupan peserta, serta penyerahan rekomendasi kepada wakil Presiden Republik Indonesia (Jusuf Kala)
  5. Agenda kegiatan dijadikan ajang kampanye terselubung oleh beberapa partai politik.
  6. Komisi-komisi yang dibentuk dalam kegiatan tidak melahirkan rekomendasi yang valid (atas aspirasi masing-masing komisi)

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan, maka kami Mahasiswa yang tergabung dalam 9 (Sembilan) Badan Eksekutif Mahasiswa Jakarta menyatakan :

Menolak Pertemuan Nasional Pemuda Indonesia dan Segala Seseatu yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut.

Jakarta, 30 Oktober 2007


BEM UHAMKA, BRM UNIVERSITAS PARAMADINA, BEM UNIVERSITAS JAYA BAYA, BEM UNIVERSITAS MERCUBUANA, BEM STIE PERBANAS, BEM STIE AHMAD DAHLAN, BEM UNIVERSITAS PETERAN JAKARTA, BEM UKRIDA, BEM INSTITUT PTIQ

Kamis, 04 Oktober 2007

Pada kemana sih Mahasiswa kita ?

Selama satu tahun kebelakang, pergerakan mahasiswa secara menyeluruh mati, tanya ken-apa ?

Apa mahasiswa kita sekarang lebih mementingkan jalur akademisnya (IP) ? atau memang mahasiswa kita memang sudah mulai tumpul pisau analisanya, atau bahkan mahasiswa kita sudah tidak lagi peduli terhadap situasi yang menimpa bumi Nusantara ?

Atau jangan-jangan Mereka sudah lupa, bahwa mereka menyandang agen of change, atau malah acuh tak acuh ?

Ya....ini hanya menjadi PR kita semua yang mengaku sebagai mahasiswa, yang katanya mempunyai nilai intelektual tinggi dan akan memimpin Bumi Nusantara 10 tahun yang akan datang.

Kalau Mahasiswanya sekarang seperti ini, apa jadinya pemimpin kita sepuluh tahun mendatang ?

Syafiq Jawad (Mahasiswa Universitas Paramadina)